Indonesia Sedang Berlomba di Era Energi Baru? Proyek Baterai RI-China Diluncurkan


Kamis, 10 Jul 2025 20:02 WIB
Indonesia kembali jadi sorotan dunia karena ambisi besarnya untuk mengambil peran strategis dalam era transisi energi global.
Foto: Earth.com
Jakarta -

Indonesia kembali jadi sorotan dunia. Kali ini bukan karena konflik atau bencana, melainkan karena ambisi besarnya untuk mengambil peran strategis dalam era transisi energi global. Lewat kerja sama besar dengan China, pemerintah Indonesia resmi meluncurkan proyek industri baterai kendaraan listrik, yang kini diberi nama Proyek Dragon oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto.

Tapi di balik gegap gempita peluncuran proyek tersebut, muncul banyak pertanyaan. Apakah ini benar-benar langkah maju bagi ekonomi Indonesia? Siapa yang akan diuntungkan? Dan siapa pula yang justru akan terdampak?

Apa Itu Proyek Dragon?

Proyek Dragon merupakan bagian dari kesepakatan besar antara Indonesia dan beberapa perusahaan raksasa China seperti CATL (Contemporary Amperex Technology) dan Tsingshan Group. Fokus utama proyek ini adalah membangun rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) yang terintegrasi, dimulai dari pertambangan nikel hingga produksi baterai.

Dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia berada dalam posisi strategis. Namun selama ini, sebagian besar nikel hanya diekspor dalam bentuk bahan mentah. Proyek Dragon bertujuan menghentikan ekspor nikel mentah dan menggantinya dengan produksi hilir bernilai tambah tinggi, sekaligus menciptakan ekosistem EV nasional.

Mengapa Proyek Ini Begitu Mendesak?

Bonus geologis yang harus dioptimalkan, Indonesia memiliki sekitar 22% cadangan nikel dunia. Jika tidak segera dikelola dengan pendekatan hilirisasi, negara lain akan lebih dulu memimpin di sektor baterai EV, seperti Vietnam atau Thailand. Proyek Dragon adalah cara agar Indonesia tak hanya jadi penonton di era energi baru, tapi pemain utama.

Peluang ekonomi baru di tengah krisis global, dengan ekonomi global yang melambat dan banyak sektor tradisional yang lesu, investasi seperti Proyek Dragon bisa menjadi motor pertumbuhan baru. Proyek ini mendatangkan Foreign Direct Investment (FDI), menciptakan lapangan kerja, dan membuka pasar ekspor baterai yang sangat menjanjikan.

Menjawab tantangan perubahan iklim, transisi ke kendaraan listrik adalah salah satu strategi penting untuk menurunkan emisi karbon. Dengan membangun industri baterai sendiri, Indonesia bisa memperkuat kemandirian energi dan berkontribusi dalam ekonomi hijau.

Peluncuran Proyek Dragon kerja sama Indonesia-China di sektor baterai kendaraan listrik bukan cuma soal teknologi, tapi juga punya dampak besar ke perekonomian nasional. Berikut beberapa pengaruh positifnya bagi Indonesia:

1. Membuka Lapangan Kerja Baru

Dengan dibangunnya pabrik baterai dan pengolahan nikel, proyek ini diperkirakan akan menyerap ribuan tenaga kerja lokal, baik di sektor pertambangan, manufaktur, hingga logistik. Ini tentu jadi kabar baik, terutama di daerah-daerah tempat proyek ini berjalan.

2. Menarik Investasi Asing

Masuknya perusahaan besar asal China seperti CATL menunjukkan bahwa Indonesia dilirik sebagai tempat strategis untuk investasi industri masa depan. Semakin banyak investasi, semakin besar peluang pertumbuhan ekonomi.

3. Menambah Pemasukan Negara

Lewat pajak, royalti, dan ekspor produk hilir seperti baterai, proyek ini berpotensi menambah penerimaan negara yang bisa digunakan untuk pembangunan dan program-program sosial.

4. Mendorong Pertumbuhan Industri Lokal

Proyek ini bisa jadi awal berkembangnya ekosistem kendaraan listrik di Indonesia. Bukan hanya pabrik baterai, tapi juga bisa mendorong tumbuhnya industri otomotif listrik dan sektor pendukung seperti bengkel, jasa logistik, hingga UMKM penyedia kebutuhan proyek.

5. Membantu Peralihan ke Energi Bersih

Dengan mengolah nikel untuk baterai EV di dalam negeri, Indonesia ikut ambil bagian dalam tren global menuju energi ramah lingkungan. Ini bisa memperkuat posisi Indonesia di panggung ekonomi hijau dunia.

Dari sisi ekonomi, Proyek Dragon membawa angin segar bagi Indonesia. Pembangunan industri baterai ini membuka peluang besar untuk menciptakan lapangan kerja baru, terutama di wilayah tambang dan kawasan industri.

Proyek ini juga menarik investasi asing yang bisa memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, dengan adanya pengolahan nikel dan produksi baterai di dalam negeri, Indonesia berpotensi meningkatkan ekspor produk bernilai tambah serta menambah pemasukan negara dari pajak dan royalti.

Dalam jangka panjang, proyek ini bisa mempercepat perkembangan industri kendaraan listrik lokal dan memperkuat posisi Indonesia di era ekonomi hijau.

Proyek Dragon adalah kesempatan langka sekaligus ujian besar bagi Indonesia. Di satu sisi, proyek ini bisa menjadi simbol transformasi ekonomi menuju industri hijau. Tapi di sisi lain, jika tidak dikelola dengan cermat dan adil, ia bisa jadi sumber konflik sosial dan ketimpangan baru.

Yang dibutuhkan bukan hanya investasi, tapi keberanian untuk mengatur dengan adil, transparan, dan berorientasi pada rakyat. Karena pada akhirnya, era energi baru bukan hanya hanya tentang teknologi, namun juga tentang siapa saja yang akan diuntungkan, dan siapa yang akan tertinggal.

Untuk mengetahui insight menarik lainnya seputar ekonomi dan bisnis yang mendalam, serta informasi terkini seputar dunia UMKM, energi, dan investasi, kunjungi FYB detikcom!

(zlw/zlw)