Belajar Strategi Bisnis Ala Meghan Markle Lewat Storytelling yang Bisa Diterapkan UMKM


Senin, 21 Apr 2025 19:46 WIB
Belajar dari produk <em>As Ever </em>milik Meghan Markle yang terjual ludes dalam hitungan hari
Foto: AFP via Getty Images/ANGELA WEISS
Jakarta -

Perhatian dunia langsung tertuju ketika Meghan Markle mulai memperkenalkan gaya hidup terbaru ala Meghan Markle yang bertajuk As Ever. Bukan karena seorang Duchess atau istri dari Pangeran Harry semata, tapi karena produk perdananya selai raspberry dan madu bunga liar langsung ludes hanya dalam hitungan hari.
Produk yang terbilang sederhana itu dikemas dengan visual elegan, pendekatan storytelling yang kuat, dan pengalaman konsumsi yang penuh makna. Di tengah euforia yang diciptakan, ada satu hal yang patut jadi refleksi bagi para pelaku UMKM di Indonesia, jika selai dan madu bisa dijual sebagai simbol gaya hidup mewah di tangan yang tepat, mengapa produk lokal kita tidak bisa?

Dari Dapur ke Cerita, Potensi Produk Bagi UMKM

UMKM di Indonesia punya kekayaan luar biasa. Mulai dari hasil kebun, pangan olahan, kerajinan tangan, hingga produk perawatan tubuh berbahan alami. Namun, sering kali produk-produk tersebut hanya berhenti pada aspek "jual barang" tanpa ada narasi atau pengalaman yang menyertainya.

Padahal, di era saat ini, konsumen tidak hanya membeli produk, tapi juga membeli cerita di balik produk itu sendiri.

Meghan, lewat As Ever, menunjukkan bahwa bahkan produk sehari-hari bisa naik kelas ketika dihubungkan dengan emosi, memori, dan identitas. Produk seperti selai atau madu menjadi lebih dari sekadar makanan, mereka menjadi bagian dari momen sarapan hangat, hadiah spesial, atau ritual me-time yang personal.

Ini bisa diadaptasi UMKM di Indonesia, terutama mereka yang menjual produk serupa dari bahan lokal seperti selai nanas, sambal rumahan, teh rempah, atau madu hutan.

Bangun Cerita, Bukan Hanya Stok Barang

Salah satu kekuatan utama dari As Ever adalah storytelling. Meghan tidak sekadar menawarkan selai, tapi juga cerita tentang dapur rumah, nilai kebersamaan, dan tradisi keluarga.

Untuk pelaku UMKM, ini adalah salah satu strategi penting. Apakah kamu sudah menceritakan siapa yang membuat produkmu? Dari mana asal bahan-bahannya? Apa nilai yang kamu pegang selama proses produksi?

Cerita ini bisa diceritakan lewat media sosial, label produk, hingga video pendek. Konsumen zaman sekarang ingin tahu lebih dari sekadar harga; mereka ingin tahu siapa yang mereka dukung dengan setiap pembelian.

Soft Launch yang Cerdas dan Efektif

Sebelum resmi dijual, Meghan mengirimkan hanya 50 toples selai kepada teman dan tokoh-tokoh publik. Ini menciptakan rasa eksklusivitas dan membangun antisipasi. Bagi UMKM, strategi ini juga bisa diterapkan.

Kamu bisa memulai dengan mengirimkan sample produk ke pelanggan setia, komunitas, atau micro-influencer lokal. Testimoni mereka bisa menjadi alat promosi yang sangat kuat.

Dengan biaya minim, kamu bisa menciptakan buzz yang signifikan, terutama jika dilakukan secara otentik dan terarah. Hal ini juga sekaligus membangun relasi yang lebih dekat dengan konsumen awal yang setia.

Kemasan Bukan Lagi Pelengkap, Tapi Alat Komunikasi

Kemasan produk As Ever langsung mencuri perhatian, tidak hanya karena cantik, tapi karena menyampaikan nilai merek dengan jelas. Bagi UMKM, ini adalah pengingat penting: kemasan adalah pengalaman pertama konsumen dengan produk kita.

Kemasan yang rapi, menarik, dan informatif bisa meningkatkan nilai jual, bahkan ketika isi produknya masih sama. Ini juga bisa menambah rasa percaya diri saat produk kamu masuk ke marketplace, supermarket lokal, atau dibawa ke pameran.

Kolaborasi, Kunci Pertumbuhan yang Sering Dilupakan


Salah satu kekuatan yang sering diabaikan oleh UMKM adalah kolaborasi. Meghan memanfaatkan jejaringnya untuk memperkenalkan produk barunya. UMKM pun bisa bekerja sama dengan sesama pelaku usaha, komunitas kreatif, atau bahkan pelanggan yang punya pengaruh di lingkungannya.

Kolaborasi tak harus mahal atau rumit. Bisa dimulai dari bundling produk, promosi silang di media sosial, hingga kerja sama dengan food blogger atau content creator lokal. Yang penting adalah keselarasan nilai dan keaslian komunikasi.

Branding yang Dijadikan Peluang Ekspor

Indonesia memiliki kekayaan produk lokal yang luar biasa. Sayangnya, banyak yang belum dikemas dengan pendekatan branding yang kuat. Padahal, seperti yang dilakukan As Ever, produk pangan sederhana pun bisa punya nilai ekspor tinggi jika dibranding dengan baik.

Dengan tren konsumen global yang semakin menyukai produk natural, organik, dan lokal, ini adalah saat yang tepat bagi UMKM untuk membidik pasar luar negeri. Pemerintah dan berbagai platform e-commerce pun kini menyediakan lebih banyak fasilitas untuk mendukung langkah ini.

Salah satunya FYB dari detikcom, yang memberikan kesempatan untuk setiap pelaku usaha dan UMKM memperkenalkan produk mereka secara lebih luas melalui platform digital. Dengan konsep promosi digital yang efisien namun tetap dengan harga yang terjangkau, FYB detikcom membantu kamu untuk membangun citra brand dan memungkinkan kesempatan untuk setiap pelaku usaha untuk berkembang lebih besar.

Melalui kanal bisnis ini, FYB detikcom hadir untuk memberikan informasi dan akses langsung ke ekosistem pertumbuhan usaha secara digital, termasuk lewat iklan dan kolaborasi brand.

Bagi kamu pelaku UMKM yang sedang merintis atau ingin memperluas pasar, FYB (For Your Business) dari detikcom hadir sebagai rumah inspirasi dan solusi. Di sini, kamu bisa menemukan berbagai insight, tips, dan kisah sukses yang relevan dengan dunia UMKM.
Lebih dari itu, FYB juga menyediakan layanan promosi digital yang dapat membantu kamu menjangkau konsumen lebih luas. Mulai dari artikel advertorial, space iklan, hingga dukungan publikasi di kanal detikcom yang terpercaya.
Di era digitalisasi saat ini, FYB detikcom menjadi platform yang tepat untuk kamu. Yuk, ceritakan bisnismu dan pasang promosi iklan digital sekarang melalui FYB detikcom!

(sheren/kep)