Jejak Langkah Pembatik Batik Obate Dalam Menjaga Warisan Budaya


Story by Batik Obate

Senin, 12 May 2025 09:00 WIB
Batik Salah Satu Warisan Budaya Yang Mendalam Bagi Indonesia, Namun Keberadaannya Semakin Terpinggirkan Oleh Batik Cap dan Printing Yang Lebih Cepat dan Murah
Cerita Pembatik Batik Obate Menghadapi Tantangan Batik Printing (Dok. Batik Obate)
Jakarta -

Batik merupakan salah satu warisan budaya yang mendalam bagi Indonesia, namun keberadaannya semakin terpinggirkan oleh batik cap dan printing yang lebih cepat dan murah.

Di tengah perubahan ini, seorang pembatik di Batik Obate terus berkomitmen untuk melestarikan batik tulis dengan kualitas terbaik meski menghadapi berbagai tantangan.

Sejak lulus SD, pembatik ini sudah mulai mengenal dunia batik dengan membantu orang tuanya. "Saya bisa membatik itu dari lulus SD, tapi tidak langsung membatik sendiri, hanya membantu orang tua. Baru pada tahun 2000 saya terjun langsung membatik," ujar Risti salah satu pembatik Batik Obate.

Perjalanan karirnya terus berkembang, ia sempat bergabung dengan beberapa batik terkenal lainnya. Puncaknya, pada tahun 2017 ia bertemu dengan Wike Gunawan atau akrab dipanggil Bos Chen Wei Chiu yang memberinya kesempatan untuk bekerja di Batik Obate hingga sekarang.

"Saya membatik itu dari lulus SD dari bantu-bantu orang tua hingga di 2017 ketemu sama Bos Chen Wei Chiu sampai sekarang masih terus membatik," jelasnya.

Para Pembatik Batik Obate (Dok. Batik Obate)Para Pembatik Batik Obate (Dok. Batik Obate)

Mengenai perbedaan antara batik tulis dan batik cap, Risti menjelaskan, "Batik tulis lebih halus, namun proses pengerjaannya lebih lama. Sedangkan batik cap lebih cepat meskipun hasilnya lebih kasar." Meskipun begitu, ia tetap memilih untuk terus mengasah keterampilan batik tulis yang membutuhkan ketelatenan dan keahlian tinggi.

Namun, tantangan terbesar yang dihadapi oleh pembatik ini adalah kualitas lilin (malam) yang digunakan dalam proses membatik. "Tantangan utamanya adalah kualitas lilin. Kadang sudah dibatik dengan halus dan teliti, tapi saat ingin diwarnai, lilinnya rusak," ujarnya. Hal ini menambah kerumitan dalam menghasilkan batik tulis berkualitas tinggi.

Selain tantangan teknis, pembatik di Batik Obate juga menyadari betul bahwa penjualan batik tulis semakin menurun seiring dengan tren batik cap dan printing yang lebih terjangkau.

"Penjualan batik tulis sangat menurun, kalah jauh dengan batik cap atau printing. Konsumen lebih memilih batik cap karena harganya yang sangat murah," ujarnya dengan nada prihatin.

Namun, meski pasar semakin didominasi oleh batik cap, pembatik ini tetap berkomitmen untuk mempertahankan dan melestarikan batik tulis.

"Saya tetap membatik dan melestarikan batik tulis yang halus dengan motif yang sesuai dengan isian yang saya kerjakan," tegasnya.

Di tengah berbagai tantangan yang ada, semangat untuk melestarikan batik tulis tetap menjadi tujuan utama.

Di Batik Obate, pembatik ini berharap bisa tetap mempertahankan kualitas dan keaslian batik tulis, sekaligus memperkenalkan keindahan seni tradisional Indonesia kepada generasi muda yang akan datang.

Artikel Terbait : 

Proses Batik Tulis di Batik Obate Dari Pola ke Kain, Seni yang Memiliki Makna


Keunikan Batik Tulis Dari Batik Obate: Setiap Helai Memiliki Cerita

Batik Sawunggaling Karya Go Tik Swan Jadi Inspirasi Batik Obate