Strategi Atur Cash Flow Bisnis Saat Harga Bahan Baku Terus Naik


Senin, 15 Sep 2025 19:07 WIB
Harga bahan baku terus naik menjadi tantangan serius bagi UMKM Indonesia. Jika tidak dikelola dengan baik, margin keuntungan menyempit bahkan berujung kerugian.
Foto: Getty Images/Phira Phonruewiangphing
Jakarta -

Harga bahan baku yang melonjak berdampak langsung pada struktur biaya produksi. Jika tidak dikelola dengan baik, margin keuntungan semakin menyempit bahkan bisa berujung kerugian. Kondisi ini membuat pengelolaan arus kas menjadi faktor krusial bagi keberlangsungan usaha.

Harga bahan baku yang terus naik menjadi tantangan serius bagi UMKM di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan inflasi pangan pada Agustus 2025 mencapai 3,99% secara tahunan, naik dari 3,75% di bulan sebelumnya.

Komoditas utama seperti beras, tomat, bawang merah, dan cabai rawit menjadi penyumbang terbesar karena tingginya permintaan dan pasokan yang kerap terganggu. Meski pemerintah menyebut harga pangan mulai stabil dengan inflasi nasional turun tipis dari 2,37% ke 2,31%, dampak kenaikan harga tetap dirasakan pelaku usaha.

Survei UNDP dan LPEM UI mencatat lebih dari 48% UMKM menghadapi masalah bahan baku, baik dari sisi harga maupun ketersediaan.

Studi lapangan memperlihatkan dampak ini lebih nyata. Di sektor kuliner, inflasi bahan baku sempat mencapai 15,4%, dengan lonjakan ekstrem pada cabai hingga 300% dan daging sapi sekitar 45%.

Kasus UMKM "Sambel K'Diyah" di Gorontalo menunjukkan kenaikan bahan baku langsung mempengaruhi harga jual dan kapasitas produksi, membuat pelaku usaha berada di posisi sulit antara menaikkan harga atau mengorbankan margin. Hal serupa dialami pabrik tahu "Marmi" yang menghadapi tidak hanya kenaikan harga, tetapi juga kelangkaan bahan baku, sehingga perencanaan produksi menjadi lebih kompleks.

Strategi Mengatur Keuangan UMKM

Untuk menghadapi kenaikan harga bahan baku, pelaku UMKM dapat menerapkan beberapa langkah berikut:

1. Evaluasi Biaya Produksi

Identifikasi pos pengeluaran yang paling besar. Cari cara menekan biaya, misalnya dengan efisiensi energi, mengurangi pemborosan bahan, atau bernegosiasi ulang dengan pemasok.

2. Diversifikasi Pemasok

Jangan hanya bergantung pada satu pemasok. Membandingkan harga dari beberapa sumber, atau melakukan pembelian kolektif bersama UMKM lain, bisa menekan biaya belanja bahan baku.

3. Kelola Cashflow dengan Ketat

Pisahkan rekening pribadi dan usaha. Catat semua pemasukan serta pengeluaran, dan prioritaskan pembayaran yang paling mendesak. Dengan arus kas yang sehat, UMKM lebih siap menghadapi kenaikan biaya produksi.

4. Penyesuaian Harga secara Bertahap

Jika perlu menaikkan harga, lakukan secara perlahan. Transparansi kepada konsumen juga penting, agar kenaikan harga dipahami sebagai konsekuensi dari biaya produksi yang meningkat.

5. Kembangkan Produk dengan Margin Tinggi

Menambahkan varian produk dengan biaya bahan baku lebih rendah tetapi memiliki nilai jual tinggi bisa membantu menyeimbangkan pendapatan.

6. Manfaatkan Akses Pembiayaan

Program pembiayaan mikro dari lembaga keuangan atau pemerintah dapat menjadi solusi tambahan untuk menjaga modal kerja tetap tersedia.

Kenaikan harga bahan baku memang tidak bisa dihindari, tetapi UMKM masih dapat beradaptasi dengan strategi keuangan yang lebih disiplin. Dengan pengelolaan yang tepat, tantangan ini bisa berubah menjadi momentum untuk meningkatkan efisiensi dan memperkuat daya saing usaha.

Untuk kamu pelaku usaha dan UMKM yang ingin selalu update dengan tren bisnis, kebijakan terbaru, hingga strategi praktis menghadapi tantangan ekonomi, kunjungi FYB detikcom. Dapatkan insight menarik lainnya seputar dunia usaha yang bisa membantu bisnismu tetap tumbuh di tengah kondisi yang dinamis.

(Sheren/zlw)