Fenomena istilah seperti Rojali (Rombongan Jarang Beli), Rohana (Rombongan Hanya Nanya-nanya), dan Rohalus (Rombongan Hanya Ngelus) sempat viral di media sosial dan menjadi topik ringan yang dibumbui humor netizen. Namun dibalik kelucuan singkatannya, fenomena ini menyimpan banyak pesan serius, terutama bagi pelaku usaha dan sektor UMKM yang mengandalkan pemasaran digital untuk bertahan dan tumbuh.
Tren ini mencerminkan dinamika baru dalam perilaku konsumen online, sekaligus membuka diskusi lebih luas soal strategi pemasaran, etika interaksi, dan daya beli masyarakat di era digital.
Budaya "Lihat-lihat" dan Konsumen yang Semakin Kritis
Konsumen digital saat ini tidak serta-merta melakukan pembelian saat melihat sebuah produk. Mereka terbiasa scrolling, window shopping, hingga tanya-tanya dulu sebelum memutuskan untuk membeli. Bagi pelaku usaha, ini berarti proses pembelian kini tak lagi linier, menjadi panjang, dinamis, dan memerlukan pendekatan yang lebih edukatif.
Dalam konteks ini, istilah Rojali dan Rohana menggambarkan dua tipikal calon pembeli yang umum dijumpai di lapak online: mereka yang hanya datang melihat, serta yang aktif bertanya, tapi belum tentu membeli. Sementara itu, istilah Rohalus muncul sebagai bentuk "pembelaan", mewakili mereka yang memang serius mempertimbangkan, meski belum siap membeli saat itu juga.
Etika Digital, Perlu atau Tidak?
Pertanyaan ini jadi penting, mengingat semakin banyak pelaku usaha, terutama UMKM, yang merasa kewalahan menghadapi konsumen "bayangan". Apakah konsumen yang sekadar tanya tanpa beli dianggap mengganggu?
Jawabannya bergantung pada sudut pandang. Dari sisi pembeli, bertanya adalah hak. Namun dari sisi penjual, interaksi tanpa kejelasan kadang menguras waktu dan tenaga. Maka, etika digital dalam bertransaksi, termasuk saat bertanya menjadi relevan untuk dijunjung bersama.
Membaca deskripsi produk sebelum bertanya, menyapa dengan sopan, hingga memberi konfirmasi setelah tidak jadi beli, adalah bentuk kesadaran digital yang patut dikembangkan. Di sisi lain, pelaku usaha juga perlu memahami bahwa konsumen digital lebih berhati-hati karena banyaknya pilihan dan maraknya penipuan online.
Strategi UMKM dalam Menghadapi Konsumen Pasif
Fenomena "calon pembeli bayangan" sebaiknya tidak selalu dianggap hambatan. Justru, ini bisa menjadi peluang untuk memperbaiki sistem komunikasi dan strategi pemasaran.
Beberapa pendekatan yang dapat diterapkan oleh UMKM antara lain:
- Gunakan sistem auto-reply atau chatbot untuk menjawab pertanyaan umum.
- Sediakan konten edukatif dan informatif agar konsumen bisa mencari jawaban sendiri sebelum bertanya.
- relasi jangka panjang, seperti mengajak follow akun media sosial, atau masuk ke dalam grup WhatsApp pelanggan untuk info promo selanjutnya.
- Membina konsumen pasif agar menjadi pembeli aktif membutuhkan konsistensi dalam membangun kepercayaan.
Di tengah persaingan pasar yang padat, rasa aman dan kepercayaan menjadi modal utama dalam memenangkan hati konsumen. Tidak cukup hanya dengan harga kompetitif, pelaku usaha juga harus tampil transparan dan meyakinkan.
Beberapa cara yang bisa diterapkan antara lain:
- Memberikan deskripsi produk yang jujur dan lengkap.
- Menampilkan identitas bisnis secara jelas.
- Menyediakan kebijakan pengembalian barang yang realistis.
- Aktif mempublikasikan review dan testimoni pelanggan sebelumnya.
Testimoni bukan sekadar pelengkap, tapi jadi social proof yang sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian. Pelanggan ingin tahu: "Apa yang dikatakan orang lain setelah membeli produk ini?"
Fenomena Rojali, Rohana, hingga Rohalus memperlihatkan bagaimana konsumen zaman sekarang lebih berhati-hati, lebih aktif mencari informasi, dan lebih kritis dalam mengambil keputusan. Di balik candaan netizen, kita bisa membaca pergeseran besar dalam lanskap pemasaran digital, bahwa membangun relasi dan kepercayaan kini menjadi kunci utama dalam mengonversi perhatian menjadi penjualan.
Bagi pelaku UMKM dan brand digital, ini bukan sekadar soal menjual produk, melainkan membangun pengalaman yang membuat konsumen kembali dan percaya.
Kunjungi kanal bisnis dan ekonomi FYB detikcom dan temukan insight terkini seputar UMKM, pemasaran digital, dan tren konsumen Indonesia.