Gelombang Investasi Industri! 1.641 Perusahaan Bangun Fasilitas Baru Serap 3 Juta Tenaga Kerja


Selasa, 12 Aug 2025 19:31 WIB
Di tengah isu PHK yang menghantui sebagian sektor industri nasional, data terbaru dari Kementerian Perindustrian justru menunjukkan tren sebaliknya.
Foto: Getty Images/Hispanolistic
Jakarta -

Di tengah isu pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menghantui sebagian sektor industri nasional, data terbaru dari Kementerian Perindustrian justru menunjukkan tren sebaliknya. Sepanjang semester I tahun 2025, tercatat sebanyak 1.641 perusahaan tengah membangun fasilitas produksi baru di Indonesia. Total nilai investasi yang dikucurkan mencapai Rp 803,2 triliun, dengan potensi penyerapan tenaga kerja mencapai 3,05 juta orang.

Data tersebut dihimpun dari Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), yang menjadi tolak ukur aktivitas industri dalam negeri. Angka ini menjadi penanda penting bahwa sektor manufaktur nasional tengah memasuki fase ekspansi yang signifikan.

Pembangunan fasilitas ini menjadi sinyal kuat dari pelaku usaha bahwa Indonesia masih menjadi destinasi strategis untuk ekspansi industri," ujar Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, dalam keterangannya kepada media.

Optimisme ini juga tercermin dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis Juni 2025 lalu. IKI berada di level 52,50, berada di zona ekspansif selama 20 bulan berturut-turut. Bahkan, IKI untuk orientasi ekspor dan domestik masing-masing mencatatkan angka 52,19 dan 51,32, menandakan peningkatan pada sisi produksi, permintaan, dan tenaga kerja dibanding bulan sebelumnya.

Meski sejumlah sektor seperti tekstil dan alas kaki masih terdampak kebijakan relaksasi impor tahun lalu, pemerintah menegaskan bahwa gelombang PHK yang terjadi bersifat temporer dan tidak mencerminkan tren industri secara keseluruhan.

Dari perspektif ekonomi makro, pembangunan ribuan fasilitas industri baru ini dapat memberikanmultiplier effect yang signifikan:

  1. Peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) melalui kontribusi sektor manufaktur yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
  2. Penciptaan lapangan kerja dalam jumlah besar, tidak hanya di sektor industri inti, tetapi juga sektor pendukung seperti konstruksi, logistik, dan jasa.
  3. Peningkatan daya saing daerah, terutama jika fasilitas-fasilitas ini dibangun di luar Pulau Jawa dan mendorong pemerataan pertumbuhan ekonomi.

Investasi yang masuk juga akan tercatat dalam komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), yang selama ini menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi struktural.

Ada beberapa faktor utama yang mendorong gelombang pembangunan fasilitas industri ini:

  1. Perbaikan iklim investasi melalui reformasi perizinan seperti OSS (Online Single Submission).
  2. Insentif fiskal yang ditawarkan pemerintah, termasuk tax holiday dan kemudahan impor barang modal.
  3. Kebijakan hilirisasi industri yang semakin diperkuat, mendorong perusahaan untuk membangun fasilitas pengolahan di dalam negeri.
  4. Biaya tenaga kerja yang kompetitif, dibanding negara-negara pesaing di Asia Tenggara.
  5. Ekspektasi kenaikan permintaan ekspor seiring membaiknya hubungan dagang Indonesia dengan AS dan Uni Eropa.

Pemerintah juga tengah menyiapkan Peraturan Menteri Perindustrian terkait fasilitas pembiayaan untuk industri padat karya, serta perbaikan sistem sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) agar lebih cepat dan efisien.

Meski ekspansi industri berjalan positif, tantangan tetap perlu diantisipasi. Salah satunya adalah ketimpangan skill tenaga kerja lokal dengan kebutuhan industri yang semakin kompleks. Tanpa peningkatan kualitas SDM, potensi mismatch akan menghambat pemanfaatan fasilitas baru secara optimal.
Selain itu, ketergantungan terhadap bahan baku impor di beberapa sektor masih menjadi pekerjaan rumah. Tanpa strategi substitusi impor yang jelas, peningkatan produksi bisa berdampak pada neraca perdagangan jika output tidak diarahkan untuk ekspor.

Di sisi lain, ketegangan geopolitik global dan tren suku bunga tinggi masih menjadi faktor eksternal yang bisa mempengaruhi rencana ekspansi jangka menengah.
Pembangunan 1.641 fasilitas industri baru bukan sekadar pencapaian angka, melainkan sinyal penting dari arah kebijakan industri nasional. Ketika banyak negara menghadapi ketidakpastian, Indonesia justru mencatat gelombang investasi dengan dampak ekonomi yang luas. Tantangannya kini ada pada eksekusi, memastikan proyek selesai tepat waktu, menyerap tenaga kerja lokal, dan benar-benar menciptakan nilai tambah dalam rantai pasok global.

Kita masih harus menunggu apakah pembangunan ini akan menggeser dinamika ekonomi nasional ke fase industrialisasi lanjutan. Indonesia tidak diam dan industri terus bergerak.

Kunjungi kanal bisnis dan ekonomi FYB detikcom untuk insight terpercaya dan analisis tajam yang relevan untuk pelaku usaha dan profesional.

(zlw/zlw)