Krisis Pengangguran di Indonesia! Apa Dampaknya bagi Ekonomi Indonesia?


Rabu, 04 Jun 2025 12:30 WIB
Tingkat pengangguran Indonesia kembali menjadi sorotan setelah laporan yang dirilis oleh International Labour Organization (ILO)
Foto: Freepik
Jakarta -

Tingkat pengangguran Indonesia kembali menjadi sorotan setelah laporan yang dirilis oleh International Labour Organization (ILO) dan pemberitaan di laman resmi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menunjukkan bahwa Indonesia saat ini mencatat angka pengangguran tertinggi di Asia Tenggara.

Fakta ini menimbulkan pertanyaan mendasar, mengapa negara dengan jumlah penduduk produktif yang begitu besar justru mengalami kesulitan dalam menyerap tenaga kerja secara maksimal?

Masalah pengangguran di Indonesia bukan sekadar soal angka. Di balik statistik itu tersembunyi berbagai persoalan struktural, seperti ketidaksesuaian antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri, kurangnya pelatihan kerja yang relevan, pertumbuhan ekonomi yang belum merata, serta dominasi sektor informal yang tidak mampu menyediakan jaminan kerja berkelanjutan.

Selain itu, bonus demografi yang seharusnya menjadi kekuatan justru berubah menjadi beban jika tidak dikelola dengan bijak.

Dampak pengangguran pada perekonomian Indonesia sangatlah luas. Pertama, pengangguran berarti rendahnya produktivitas nasional. Ketika sebagian besar penduduk usia produktif tidak bekerja, negara kehilangan potensi untuk meningkatkan output barang dan jasa.

Kedua, daya beli masyarakat akan melemah karena tidak adanya penghasilan tetap, yang berimbas pada sektor konsumsi yang menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketiga, menurunnya konsumsi dan produksi menyebabkan investor, baik dalam negeri maupun asing, menjadi lebih berhati-hati untuk menanamkan modalnya.

Dalam jangka panjang, hal ini bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan serta menambah tekanan pada anggaran negara yang harus menanggung biaya sosial yang lebih besar.

Sejumlah kebijakan telah diimplementasikan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah ini. Salah satunya adalah Program Kartu Prakerja, yang memberikan pelatihan digital dan bantuan insentif bagi para pencari kerja.

Selain itu, pemerintah juga tengah mendorong revitalisasi pendidikan vokasi dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), agar lulusannya lebih sesuai dengan kebutuhan pasar kerja saat ini. Proyek-proyek padat karya juga digalakkan untuk menciptakan lapangan kerja di daerah-daerah, khususnya dalam proyek infrastruktur.

Di sisi lain, pemberdayaan UMKM serta program inkubasi wirausaha terus digulirkan untuk mendorong lahirnya pelaku usaha baru di berbagai sektor. Namun, perlu diakui bahwa tanggung jawab menanggulangi pengangguran tidak bisa hanya dibebankan kepada pemerintah.

Masyarakat juga memiliki peran penting. Sebagai individu, langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan keterampilan melalui pelatihan atau belajar mandiri, khususnya dalam bidang-bidang yang relevan dengan kebutuhan zaman seperti teknologi digital, data, bahasa asing, dan komunikasi.

Semangat untuk memulai usaha juga perlu ditumbuhkan, bahkan dari skala kecil sekalipun. Selain membuka peluang bagi diri sendiri, wirausaha juga berpotensi membuka lapangan kerja bagi orang lain.

Di tingkat komunitas, masyarakat bisa saling memberdayakan. Misalnya, mereka yang memiliki keterampilan bisa menjadi mentor atau mengadakan pelatihan informal untuk orang-orang di sekitarnya.

Bagi pelajar dan mahasiswa, penting untuk mulai membangun portofolio kerja sejak dini melalui kegiatan magang, organisasi, proyek sukarela, atau freelance, agar siap menghadapi dunia kerja setelah lulus. Dukungan terhadap UMKM lokal dan produk dalam negeri juga menjadi bagian dari kontribusi kolektif masyarakat untuk menggerakkan ekonomi.

Keterlibatan masyarakat dalam diskusi publik dan advokasi kebijakan juga tidak kalah penting. Dengan menjadi warga negara yang kritis, masyarakat dapat mendorong terciptanya kebijakan ketenagakerjaan yang lebih inklusif, adil, dan berbasis data.

Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil menjadi kunci dalam membangun sistem ketenagakerjaan yang adaptif terhadap perubahan ekonomi global.

Pengangguran adalah persoalan kompleks yang membutuhkan solusi dari berbagai sisi. Namun, hal ini bukan berarti tidak ada harapan. Dengan sinergi semua pihak, Indonesia memiliki peluang besar untuk membalikkan tantangan ini menjadi peluang, yakni dengan menciptakan ekosistem kerja yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan memberdayakan.

Perubahan mungkin tidak terjadi dalam semalam, tapi dimulai dari langkah-langkah kecil yang diambil hari ini, baik oleh pemerintah, pelaku usaha, maupun individu masyarakat.

FYB (For Your Business) detikcom akan menghadirkan berbagai insight menarik dan solusi yang relevan bagi pelaku usaha dan masyarakat luas, agar kita bisa menghadapi tantangan ketenagakerjaan bersama-sama, bukan hanya sebagai penonton, tetapi sebagai bagian dari perubahan.

(Sheren/zlw)