Perubahan besar dalam sistem perpajakan mulai terasa sejak hadirnya Coretax 2025. Dunia usaha kini bergerak di tengah ekosistem digital yang saling terhubung.
Setiap transaksi, laporan, hingga pelunasan pajak terekam dalam satu alur data yang lebih transparan. Kondisi ini membuat proses pengawasan pajak semakin ketat dan akurat. Pemeriksaan pajak tidak lagi bergantung pada dugaan atau sampling, tetapi pada analisis data yang berjalan otomatis.
Pemeriksaan pajak data driven memanfaatkan integrasi data dari berbagai sumber mulai dari SPT, e Faktur, e Bupot, hingga transaksi perbankan dan laporan pihak ketiga. Sistem membaca pola pelaporan dan menilai kepatuhan secara real time.
Pendekatan ini berbeda dari pemeriksaan tradisional yang memerlukan pemeriksa datang ke lapangan untuk menelusuri dokumen fisik. Di era baru ini, risiko pemeriksaan muncul ketika data tidak sinkron atau pola pelaporan terlihat tidak konsisten.
Mengapa Risiko Pemeriksaan Semakin Tinggi
Coretax 2025 memberi DJP kemampuan untuk mendeteksi ketidaksesuaian secara cepat. Sistem langsung menandai perbedaan antara pajak keluaran dan masukan, ketidaksesuaian antara laporan SPT dan transaksi keuangan, hingga transaksi penjualan antar PKP yang tidak tercatat sebagaimana mestinya.
Setiap ketidaksesuaian dapat masuk ke kategori risiko dan berpotensi menjadi dasar pemeriksaan. Dengan adanya sistem risk scoring, wajib pajak dinilai berdasarkan konsistensi data dan ketepatan pelaporan.
Indikator yang Dipantau DJP
DJP memiliki sejumlah indikator yang langsung terbaca oleh sistem ketika terjadi ketidakwajaran.
Beberapa indikator yang sering memicu pemeriksaan antara lain:
SPT Masa PPN nihil yang muncul berulang meskipun perusahaan memiliki aktivitas usaha tinggi
- Lonjakan penjualan yang tidak diikuti peningkatan pembayaran PPN
- Selisih antara laporan PPh dan data pihak ketiga
- Besarnya kredit pajak masukan dalam jangka panjang
- Transaksi tunai besar
- Keterlambatan pelaporan berkala
Ketidakteraturan ini memberikan sinyal bahwa diperlukan klarifikasi lebih lanjut.
Jenis Pemeriksaan Pajak di Era Digital
Pemeriksaan pajak kini mencakup beberapa bentuk. Pemeriksaan rutin umumnya terjadi saat wajib pajak mengajukan restitusi PPN. Pemeriksaan khusus dilakukan ketika muncul indikasi ketidaksesuaian data.
Ada pula pemeriksaan yang dilakukan secara daring melalui permintaan klarifikasi digital, serta pemeriksaan lapangan untuk kasus yang membutuhkan penelusuran mendalam. Proses ini berjalan lebih cepat karena berbasis data dan dokumentasi digital.
Hal yang Perlu Disiapkan untuk Menghadapi Pemeriksaan
Agar tetap aman di era pemeriksaan berbasis data, Anda perlu menyiapkan beberapa hal penting sebagai berikut:
- Pastikan seluruh dokumen dasar seperti faktur pajak, bukti potong, invoice, kontrak, laporan keuangan, dan mutasi bank tersimpan rapi
- Selanjutnya, lakukan rekonsiliasi internal secara berkala untuk memastikan seluruh laporan pajak selaras dengan data transaksi
- Jangan lupa menyiapkan manajemen kas yang baik untuk mengantisipasi potensi koreksi
- Pastikan pembukuan mengikuti standar yang berlaku serta menggunakan sistem yang terintegrasi dengan baik
Bila perlu, Anda dapat menggunakan pendampingan konsultan pajak agar proses kepatuhan berjalan lebih terpantau.
Dalam mempersiapkan pemeriksaan pajak, pelaku bisnis dapat memanfaatkan pendampingan dari konsultan pajak profesional seperti CV Solusi Kita untuk proses administrasi pajak yang lebih terkendali.
Strategi Ketika Menghadapi Pemeriksaan Pajak
Saat menerima permintaan klarifikasi, siapkan dokumen secara lengkap dan berikan jawaban berdasarkan bukti yang tersedia. Gunakan komunikasi yang jelas dan profesional.
Pastikan seluruh penjelasan sesuai data tanpa menambah asumsi yang tidak mendukung. Simpan dokumentasi setiap proses pemeriksaan dan minta berita acara sebagai bukti bahwa Anda sudah memberi jawaban.
Pendekatan yang tertib dan sistematis membantu memperlancar proses pemeriksaan.
Kesalahan Umum yang Perlu Dihindari
Beberapa kesalahan yang sering terjadi antara lain tidak menyimpan dokumen pendukung lebih dari lima tahun, memberikan jawaban tergesa gesa tanpa rekonsiliasi internal, menganggap seluruh data di sistem DJP selalu final, hingga menunda klarifikasi sampai melewati batas waktu.
Kesalahan kecil seperti ini dapat berdampak besar terhadap penilaian risiko dan proses pemeriksaan selanjutnya.
Membangun Budaya Kepatuhan di Perusahaan
Untuk menjaga konsistensi, Anda dapat membangun SOP kepatuhan pajak, mengadakan pelatihan bagi tim finance, serta menggunakan dashboard khusus untuk memonitor kewajiban pajak setiap bulan.
Audit internal tahunan juga membantu memastikan bahwa pelaporan berjalan sesuai ketentuan. Semakin rapi administrasi perusahaan, semakin kecil risiko terjadinya pemeriksaan mendalam.
Pemeriksaan pajak di era data driven memberikan pengalaman yang lebih objektif dan transparan. Perusahaan yang konsisten dalam pelaporan akan menikmati proses yang lebih cepat dan minim sengketa.
Kesiapan administrasi, rekonsiliasi rutin, serta pelaporan tepat waktu menjadi fondasi utama untuk menjaga bisnis tetap aman dan terpercaya di mata otoritas pajak. Dengan memahami mekanismenya, Anda dapat menjalankan usaha secara lebih tenang dan terarah.
Temukan berbagai insight lainnya seputar administrasi di dunia usaha melalui kanal FYB detikcom.
Ingin bisnis Anda lebih dikenal banyak orang? FYB detikcom siap bantu wujudkan langkah strategis untuk bisnis yang lebih berkembang!
(Dita/srn)